-
4
Apr
TAKENGON – Sebanyak 200 siswa di Takengon, Aceh Tengah, menjalani tes DNA (deoxyribonucleic acid) guna memastikan hubungan darah antara jasad manusia purba yang ditemukan di Ceruk Mendale dan Ujung Karang, Kecamatan Kebayakan dengan masyarakat Gayo sekarang. Para siswa yang diambil sampel darah untuk tes DNA adalah sekolah-sekolah yang berada di kawasan berdekatan dengan Kecamatan Kebayakan, yang dianggap memiliki hubungan keturunan dengan manusia purba yang ditemukan pada dua gua tersebut.
Tim ahli dari Eijkman Institute For Molecular Biologi Jakarta, mulai melakukan pengambilan sampel darah untuk keperluan penelitian DNA warga Takengon dan hasilnya akan dicocokkan dengan DNA kerangka manusia prasejarah yang ditemukan pada dua gua di Kebayakan, yang sebelumnya ditemukan oleh sejumlah arkeolog dari Balai Arkeologi (Balar) Sumatera Utara (Sumut). Sedangkan untuk pengujian tes DNA dari kerangka manusia prasejarah itu diambil sampel gigi.
Principal Investigator Deputy direcktor Eijkman Institute, Herawati Sudoyo, mengatakan, tujuan lainnya dari pengambilan sampel darah itu untuk meneliti dan mempelajari keanekaragaman penyakit di Dataran Tinggi Gayo. “Pengambilan sampel darah ini juga kita maksudkan untuk meneliti sejumlah penyakit tropis yang ada di daerah ini, seperti malaria, hepatitis, dan penyakit genetik sel darah merah,” katanya.
Ia menjelaskan, terkait dengan persoalan pengambilan sampel darah untuk kepentingan penelitian manusia prasejarah yang ditemukan oleh sejumlah peneliti dari Balar, Sumut, di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang, tujuanya untuk mengetahui apakah ada keterkaitan dengan masyarakat Gayo modern atau tidak. “Selama tiga hari berturut-turut kami sudah mengambil sampel darah 180 siswa di tiga sekolah,” sebut Herawati Sudoyo.
Dikatakan, untuk proses pengujian DNA kerangka manusia purba yang ditemukan di Loyang Ujung Karang, waktunya belum bisa ditentukan berapa lama karena proses yang dilalui akan cukup panjang. “Lamanya proses penelitian DNA kerangka manusia prasejarah itu selain karena prosesnya cukup panjang, kami juga masih ada kegiatan lain di Jakarta yang harus diselesaikan lebih dulu,” pungkas Herawati.
Sampel darah untuk kepentingan tes DNA itu diambil dari ratusan siswa dari tiga sekolah di Takengon, Aceh Tengah. Pada hari pertama, Kamis 31 Maret, pengambilan sampel darah dilakukan di SMA Negeri 1 Takengon, dilanjutkan ke SMA Negeri 4 Takengon dan pada Sabtu (2/4) pengambilan sampel darah berakhir di SMAN 8 Takengon. Sampel darah juga akan diambil pada siswa SMK Negeri 1 Takengon, SMA Negeri 2 Takengon, dan SMA Muhammadiyah Takengon.
Pakar Ekoliguistik, Yusradi Al-Gayoni mengatakan, untuk mencari warga suku Gayo yang asli sudah sangat sulit, karena dalam rentang waktu ribuan tahun itu, suku Gayo sudah banyak berasimilasi dengan suku lain, sehingga keturunannya tidak dapat lagi dijadikan sampel untuk menentukan kedekatan antara DNA suku Gayo dengan DNA kerangka manusia prasejarah yang ditemukan pada dua buah gua di Kecamatan Kebayakan tersebut.
Untuk itu, kata Yusradi Al-Gayoni, sampel darah yang diambil harus benar-benar warga suku Gayo asli, sehingga hasil penelitian tentang asal-usul suku Gayo dapat terungkap dengan benar. “Kalau teknik pengambilan sampel darah kurang tepat, maka kesimpulan dari penelitian itu akan salah,” ujar Yusradi.
Sumber: www.waspada.co.id
- Published by admin in: Berita Seputar Aceh
- If you like this blog please take a second from your precious time and subscribe to my rss feed!